*ANNOERKOE*
keadaan Pesantren AN-NUR 2 kini berbeda dengan sepuluh tahun lalu. Sangat berbeda lagi pada 37 tahun yang telah terlewati. Pesantren sekarang seperti halnya ibu kota metropolitan yang ramai dan hiruk pikuk dan menjadi kota sibuk. Bukan ramai tentang apa. Ramai tentang suara-suara merdu al-Qur'an, suara gaduh lalaran, sibuk dengan belajar, sibuk dengan mengaji (taklim), sibuk dengan urusan ukhrowi. Tepat di pagi hari tepat jam 04:00 istiwa' mereka dioprak-oprak untuk mengeclupkan wajahnya ke air dingin kota malang. Kemudian dipaksa untuk meluruskan barisan. Menghadap Sang Ilahi Robbi. Awrod-awrod dibaca. Subhanalloh yang katanya sama dengan menanam satu pohon kurma di surga. Tahlil, tahmid, tasbih, takbir setelahnya diajarkan tentang Tafsir Al-Qur'an, Tafsir Surat Yasin. Dan lantunan indah dari negeri Piramida, Sholawat gubahan Syekh Syarofuddin Al-Busyiri yang konon katanya sakit lumpuh setelah berjumpa kemudian sembuh seketika. Lidi-lidi berderu diiringi angin sepoi-sepoi sebagai tanda santri melakukan kerja bakti. Piring-piring berbaris menanti lauk dan krupuk menanti buah terong dan daging pindang sebagai tanda santri lagi antri hehehe.....
Celana dan sepatu bersliweran memana-mana menuju ke sekolahan untuk menjadi presiden ternama. Matahari pun mulai menampakkan kewibawa'annya dibawah jam 12:00 sholat dhuhur santri bersama. Lelah dan keluh kesah terobati oleh tidur qoilulah. Kenteng jam 15:00 bagai halilintar menyambar pohon kelapa. Bagai sayatan pedang yang menusuk di dalam dada. Waqi'ah bersuara dimana-mana, sambil menanti waktu ashar tiba. Belajar untuk menggapai cita-cita, ditemani oleh goresan-goresan pena. Piring pun mulai berbunyi, sendok dan garbu saling bernyanyi. Itu bahwa tanda jam makan sore mulai dibuka. Suara air bergemricik tanda sedang mandi dan mengusap luka. Harus berlari cepat menuju rumah Allah melakukan sholat berjamaah. Sunnah qobliyyah dan ba'diyyah. Dilanjutkan dengan fiqih, tauhid, akhlak, nahwu, shorof dan bait-bait Alfiyyah.
Bak disambar petir seperti kedutan yang cepat tak terduga. Jama'ah isya' mulai diselenggarakan. Sujud dan rukuk penuh thuma'ninah. Mengharap asa pada Sang Kuasa. Serasa dipukul balok punggung ini. Bagaimana tidak. Setelahnya mengaji lagi. Bertemu dengan utawi, iki, iku. Bertemu dengan serabutan-serabutan kuning berwajah kuno. Aksara-aksara arab tanpa kerudung. _Cacian maki_ seorang guru yang terpatri dalam hatiku "Nak engkau harus jadi orang mulia".
Tiba-tiba jam 22:00 malam datang untuk menjemput tubuhku yang kering tak berdaya "Bismika Allohumma Ahya Wa Bismika Wa Amut". Begitulah sehari-hari aktifitasku. Semoga doa guru dan Kyaiku menyertai masa depanku. Aamiiin.
Salam Takdzim
Ahmad Zainuddin Bad.
Bululawang Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar