DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………..………………...…..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………...…………………….….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………..………………...……1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..…………..……1
1.3 Tujuan………………………………………………………..……………………1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Pembangunan Kurikulum PAI………………………………………2
2.1.1 Pendekatan Subjek Akademis………………………………………….3
2.1.2 Pendekatan Humanistik………………………………………………3-4
2.2.2 Berbasis Rekonstruksi Sosial………………...………………..………...………4
2.2.3 Berbasis Akademik……………………………………………..…………..…4-5
2.2.4 Berbasis Kompetensi………………………………………………………………..5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu alat yang dipakai untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing masing satuan pendidikan. Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan undang Undang Dasar 1945. [1]
Kurikulum dalam hal ini membutuhkan landasan yang kuat agar dapat dikembangkan oleh sekolah. Namun, pada kenyataaannya kurikulum dibuat sesuai standar kompetensi dan standar nasional yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah. Seharusnya, pengembangan kurikulum itu dilakukan oleh sekolah atau lembaga pendidikan tersebut yang lebih mengerti dan paham kurikulum seperti apa yang lebih dibutuhkan. Pengalaman selama setengah abad negeri ini mengelola sendiri sistem pendidikannya menunjukkan, setiap kali muncul pembicaraan yang mengarah pada upaya perbaikan sistem pendidikan nasional selalu yang menjadi titik berat perhatian adalah pembenahan kurikulum.[2]
Mengapa hal tersebut terjadi? Apakah benar kurikulum memang memiliki dasar dan landasan yang kuat yang memang disiapkan agar peserta didik, pendidik, orang tua dan komponen pendidikan lainnya sesuai dengan tujuan pendidikan dan standar pendidikan. Apa yang mendasari itu semua? Benarkah kurikulum itu dibuat untuk memperbaiki kurikulum yang lama dengan kurikulum yang baru, yang sering disebut dengan evaluasi kurikulum? Dimana sistem evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian keberhasilan peserta didik dalam bentuk hasil khusus.[3]
1.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Landasan Pengembangan Kurikulum?
2. Bagaimanakah Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Kurikulum?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Landasan Pengembangan Kurikulum.
2. Mengetahui Pendekatan Pengembangan Kurikulum.
[1] Depdikbud.Kurikulum 1978.1979.hlm 37
[2] Kompas: Selasa, 1 Mei 2001
[3] Subandijah.Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.(Jakarta: Grafindo, 1986.) hlm. 37
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Pembangunan Kurikulum PAI
Kurikulum informal terdiri atas kegiatan yang direncanakan, namun tidak langsung berhubungan dengan kelas atau mata pelajaran tertentu dan kurikulum itu dipertimbangkan sebagai pelengkap bagi kurikulum formal. Kurikulum formal mengikuti rencana kurikulum itu sendiri dan rencana pengajaran yang keduanya ini akan menjadi fokus pembicaraan kita, yaitu apakah pengembangan kurikulum itu? Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. [4]
Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. [5]
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.[6]
Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan subjek akademis; pendekatan humanistis; pendekatan teknologis/kompetensi; dan pendekatan rekontruksi sosial.[7]
Ditinjau dari tipologi-tipologi filsafat pendidikan Islam sebagaimana uraian sebelumnya, maka tipologi perennial-esensialis salafi dan perennial-esensialis mazhabi lebih cenderung kepada pendekatan subjek akademis dan dalam beberapa hal juga pendekatan teknologis. Demikian pula, tipologi perennial-esensialis kontektual falsitikatif juga cenderung menggunakan pendekaran subjek akademis dan dalam beberapa hal lebih berorientasi pada pendekatan teknologis dan pendekatan humanistis. Tipologi modernis lebih berorientasi pada pendekatan humanistis. Sedangkan tipologi rekonstruksi sosial lebih berorientasi pada pendekatan rekonstruksi sosial.[8]
[4]Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.(Jakarta: Grafindo,1986) hlm.37
[5] Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007) hlm.200
[6] Sanjaya, Wina.Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).(Jakarta: Kencana, 2010) hlm.77
[7] Noeng, Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000 dalam Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010 hlm.139
[8] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2010) hlm.139-140
2.1.1 Pendekatan Subjek Akademis
Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.[9]
Pendidikan agama Islam di sekolah meliputi aspek Al-quran/Hadist, keimanan, akhlak, ibadah/muamalah, dan tarih/ sejarah umat Islam. Di madrasah, aspek-aspek tersebut dijadikan sub-sub mata pelajaran PAI meliputi : Al-quran Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlaq, dan sejarah. Kelemahan pendekatan ini adalah kegagalan dalam memberikan perhatian kepada yang lainnya, dan melihat bagaimana isi dan disiplin dapat membawa mereka pada permasalahan kehidupan modern yang kompleks, yang tidak dapat dijawab oleh hanya satu ilmu saja.[10]
2.1.2 Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide "memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk memprtinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.[11]
Kurikulum Humanistis dikembangkan oleh para ahli pendidikan Humanistis. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Kurikulum Humanistis ini, guru diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:[12]
1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.
2. Menghormati individu peserta didik.
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
Dalam pendekatan Humanistis ini, peserta didik diajar untuk membedakan hasil berdasarkan maknanya. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta dimasa depan. Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum ini menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Beberapa acuan dalam kurikulum ini antara lain:[13]
1. Integrasi semua domain afeksi peserta didik, yaitu emosi, sikap, nilai-nilai, dan domain kognisi, yaitu kemampuan dan pengetahuan.
2. Kesadaran dan kepentingan.
3. Respon terhadap ukuran tertentu, seperti kedalaman suatu keterampilan.
Kurikulum Humanistis memiliki kelemahan, antara lain:
1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik.
2. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu tapi kenyataannya terdapat keseragaman peserta didik.
3. Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
4. Dalam kurikulum ini prisip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.[14]
2.1.3 Pendekatan Rekrontruksi Sosial
Kurikulum ini sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Kurikulum ini bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Permasalahan yang muncul tidak harus pengetahuan sosial saja, tetapi di setiap disiplin ilmu termasuk ekonomi, kimia, matematika dan lain-lain. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama. Melalui interaksi ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyrakat yang lebih baik.[15]
Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial antara lain melibatkan:
1. Survey kritis terhadap suatu masyarakat.
2. Studi yang melihat hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi nasional atau internasional.
3. Study pengaruh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar