Senin, 04 Juni 2012
Akhlak Ulama Salaf
suatu hari Al Imam Fakhrul wujud kedatangan tamu seorang wanita yang telah membuatkan makanan
semalam penuh khusus untuk Al Imam, dan ketika wanita itu sampai di depan pintu rumah Al Imam, maka
penjaga pintu berkata : “Ibu mau kemana?”, ibu itu menjawab : “aku mau menghadiahkan semangkuk
bubur ini untuk sang imam”,
maka penjaga itu berkata : “wahai ibu, lebih baik makanan ini
dishadaqahkan saja kepada fuqara’ karena setiap harinya di dapur al imam selalu dipenuhi dengan
sembelihan kambing dan puluhan kilo beras dimasak setiap harinya”, ada salah satu riwayat bahwa jumlah pembatu al imam mencapai seribu. maka ibu itu merasa kecewa namun menyadari apa yang telah dikatakan oleh penjaga itu, karena pastilah semangkuk bubur itu tidaklah
ada artinya bagi al imam fakhrul wujud, kemudian ia pun pergi.
Maka muncullah firasat pada Al Imam fakhrul wujud, dan disaat itu beliau duduk bersama tamu-tamunya
kemudian keluar berlari untuk mengejar tamunya, padahal belum pernah Al Imam Fakhrul wujud berlari,
seraya memanggil : “wahai ibu, wahai ibu, apa yang engkau bawa?” penjaga pintu itu kaget dan terheran
karena baru pertama kali melihat al imam berlari. Maka ibu itu berkata : “wahai Al Imam aku hanya
membawa semangkuk bubur ini yang kubuat semalaman hanya untuk imam, namun penjagamu
mengatakan bahwa semangkuk bubur ini tidak berarti karena di dapur sang imam telah dipenuhi
banyak makanan maka lebih baik bubur ini kusedekahkan kepada fakir miskin saja”, maka Al Imam
fakhrul wujud berkata : “belum pernah ada hadiah yang lebih membuatku gembira selain hadiah
darimu ini, jazakillah khairal jazaa”, kemudian al imam menerima makanan itu dengan gembira lalu beliau
memberi ibu itu 1000 dinar. Kemudian Al Imam kembali kepada penjaganya dan berkata: “tahukah engkau
bahwa ibu itu telah susah payah membuatkan makanan untukku walaupun sedikit??, maka seperti
itulah keadaanku di hadapan Allah subhanahu wata’ala, yang mana aku telah beribadah
semampuku namun tidak ada artinya di hadapan Allah, dan jika engkau usir ibu itu barangkali aku
pun bisa terusir dari rahmat Allah subhanahu wata’ala”.
Langganan:
Komentar (Atom)